Tenun Ikat

TENUN IKAT


            Untuk menghasilkan kain tenun ikat, prosesnya adalah sebagai berikut:  benang yang dalam bentuk streng terlebih dahulu harus dimasak dengan sabun atau caustik soda. Tujuannya untuk menghilangkan kotoran, debu, minyak dan lain-lain. Setalah dimasak  kurang lebih satu jam, benang kemudian diangkat dan dicuci bersih lalu dijemur.

          Secara tradisional penggulungan atau pengolesan benang dilakukan dengan cara sambil aduk, benang di bentangkan diantara lutut, sedangkan ujung benang digulung pada batu kecil sambil terus digulung sehingga benang yang dibentangkan diantara kedua lutut tersebut habis. Cara ini masih di pertahankan hingga sekarang walaupun ada yang telah mempergunakan mora spindle untuk mempercepat proses . Benang yang akan dipergunakan untuk pakan tetap dibiarkan dalam bentuk streng. Setelah benang digulung atau dikelos selanjutnya di hani pada pemidang hani .Proses penghanian ini biasanya dilakukan oleh dua orang. Cara menghaninya  ialah  di ujung benang  diikat pada suatu sisi pemidang kemudian benang ditarik dan dibentangkan pada pemidang. Pekerjaan ini dilakukan hingga mencapai jumlah benang yang dibutuhkan. Setelah proses penghanian selesai, dilanjutkan dengan proses pengikatan motif, benang hasil hanian dibentangkan pada pemidang ikat. Untuk menghemat waktu, maka benang dirangkap sesuai dengan corak motif  yang akan diikat.Sesudah itu benang diikat dengan tali rafiah atau tali daun gewang /kelapa. Benang  yang telah diikat selanjutnya di lepaskan  dari pemidang ikat dan dilanjutkan dengan  proses pencelupan. Proses pencelupan benang dapat dilakukan hanya sekali dan juga bisa dilakukan beberapa kali tergantung dari corak warna yang dibutuhkan pada tenunan. Pada proses pencelupan untuk corak warna yang lebih dari satu yaitu dengan cara, setelah pencelupan pertama selesai benang dicuci  bersih kemudian dibentangkan kembali pada pemidang ikat lalu ikat lagi pada bagian-bagian tertentu sesuai dengan pola motif yang diinginkan [proses ikat atau pewarnaan dari daratan flores khususnya kabupaten Ende sedangkan Kabupaten Kupang/Kota Kupang/Sumba Timur/Sumba Barat/Alor dan daratan Timor, satu kali proses pengikatan motif untuk mendapatkan beberapa corak warna dengan memakai tali rafiah bermacam warna, misalnya;  warna kuning, merah, hijau. Pencelupan kedua hanya membuka tali rafiah warna lainnya kemudian dicelup misalnya untuk mendapatkan warna kuning dan buka lagi tali rafiah warna merah untuk celup warna merah maka akan mendapatkan tenunan dasar hitam dengan corak motif warna putih /kuning dan merah. Proses pengikatan tenun ikat mirip dengan cara pembatikkan. Bedanya pada pembatikkan untuk menghalangi zat warna meresap kedalam    kain  dipergunakan lilin, sedangkan pada tenun ikat dipergunakan tali.  Benang yang telah diikat kemudian dicelup lagi. Setelah proses pencelupan benang selesai, benang dicuci bersih kemudian dimasak dengan sabun kurang lebih seperempat jam. Tujuannya adalah agar sisa-sisa zat warna yang masih melekat pada permukaan benang dapat larut. setelah benang dimasak dengan sabun, dicuci bersih, diangin-anginkan ditempat teduh. Apabila benang yang diangin-anginkan telah kering, maka dilanjutkan dengan proses pembukaan tali pada benang, proses pembukaan dilakukan dengan hati –hati agar benang tidak putus. Benang yang telah dibuka ikatannya (proses pembukaan dilakukan dengan memakai pisau khusus\kecil), selanjutnya  dibentangkan kembali pada pemidang yang tujuannya adalah untuk mengatur kembali corak motif atau untuk penambahan lajur-lajur benang. Serta dilanjutkan dengan pemasangan gun. Selanjutnya benang dilepaska dari pemidang dan dipasang pada alat tenun untuk selanjutnya ditenun. Penenunan dilakukan hingga selesai dengan mempergunakan  alat tenun gedongan untuk lebih jelasnya serta terperinci dapat dilihat padabagian proses tenun ikat sebagai berikut:

klik gambar untuk melihat


 

 

0 komentar:

Posting Komentar

 
DILARANG MENGAMBIL FOTO TANPA SEIJIN **PURPLE | SOUVENIR-NTT