Tenunan NTT






NUSA TENGARA TIMUR (NTT) adalah suatu Propinsi di Selatan Tengara Indonesia merupakan Propinsi kepulawan dengan kurang lebih 566 pulau. Terdapat 4 [empat] pulau besar yaitu Flores, Sumba, Timor dan Alor yang disingkat menjadi : ”FLOBAMORA”, sebaliknya adalah pulau- pulau kecil yang sebagiannya belum didiami. Ibukota propinsi NTT adalah Kupang.

Wilayah Administratif Propinsi NTT terdiri atas 14 Kabupaten , 1 Kota ,171 Kecamatan , 2.221 Desa dan 309 Kelurahan, didiami oleh lebih dari 15 suku/etnis. setiap/etnis memiliki bahasa dengan lebih dari 100 dialek , memiliki Adat , Budaya dan Kesenian sendiri-sendiri. hal ini yang mempengaruhi sekaligus menerangkan dan menggambarkan mengapa ada begitu banyak corak hias/motif Tenunan pada kain tradisonal di Propinsi Nusa Tengara Timur. Setiap Suku mempunyai ragam hias Tenunan yang khas yang menampilkan tokoh-tokoh mitos, binatang, tumbuh-tumbuhan dan juga pengungkapan abstraknya yang dijiwai oleh penghayatan yang mendalam akan kekuatan alam ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Tenunan yang dikembangkan oleh setiap Suku/Etnis di Nusa Tengara Timur merupakan seni kerajinan tangan turun- temurun yang diajarkan kepada anak cucu demi kelestarian seni tenun tersebut. Motif tenun yang dipakai seseorang akan dikenal sebagai ciri khas dari suku atau pulau mana orang itu beraasal , setiap orang akan senang dan bangga mengenakan tenunan asal sukunya


 



Pada suku atau daerah tertantu, corak/motif binatang atau orang-orang lebih banyak ditonjolkan seperti sumba timur dengan corak motif kuda, rusa, udang, naga, singa, orang-orangan dan lain-lain, sedangkan TTU banyak menonjolkan corak motif burung, cicak, buaya, dan motif kaif. Bagi daerah lain corak motif bunga-bunga atau daun-daun lebih ditonjolkan sedangkan corak motif binatang hanya sebagai pemanisnya saja .

Kain tenun atau tekstil trdisonal dari NTT sacara adat dan budaya memiliki bayak fungsi seperti;

1. Sebagai busana sehari-hari untuk melindugi dan menutup tubuh.
2. Sebagai busana yang dipakai dalam tari-tarian pada pesta/upacara adat.
3. Sebagai alat penghargaan dan pemberian perkawinan [mas kawin].
4. Sebagai alat penghargaan dan pemberian dalam acara kematian .
5. Fungsi hukum adat sebagai denda adat untuk megembalikan keseimbangan sosialai
6. Dari segi ekonomi sebagai alat tukar.
7. Sebagai prestise dalam strata sosial masyrkat.
8. Sebagai mitos, lambang suku yang diagungkan karena menurut corak/disain tertentu akan
   melindugi mereka dari ganguaan alam, bencana, roh jahat dan lain-lain.
9. Sebagai alat penghargaan kepada tamu yang datang [natoni].

Dalam masayrakat tradisional NTT Tenunan sebagai harta milik keluarga yang bernilai tinggi karana kerajinan tangan ini sulit dibuat oleh karena dalam proses pembuatannya /penuangan motif Tenunan hanyaberdasarkan imajinasi penenun sehingaa dari segi ekonomi memiliki harga yang cukup mahal. Tenunan sangat bernilai dipandang dari nilai simbolis yang terkandung didalamnya, termaksud arti dari ragam hias yang ada karena ragam hias tertentu yang terdapat pada tenunan memiliki nilai spiritual dan mistik menurut adat.

Pada mulanya tenunan dibuat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sebagai busana penutup dan pelindung tubuh, kemudian berkembang untuk kebutuhan adat, [pesta, upacara, tarian, perkawinan, kematian dll], sehinga sekarang merupakan bahan busana resmi dan moderen yang didisain sesuai perkembanga mode, juga untuk memenuhi permitan/kebutuhan konsumen.

Dalam perkembangannya kerajinan tenun merupakan salah satu sumber pendapatan [UP2K] maseyrakat NTT terutama masyarakat diperdesaan. Pada umumnya wanita diperdesaan mengunakan waktu luang untuk menenun dalam upaya meningkatkan pendapatan keluarga dan kebutuhan busananya.

Jika dilihat dari proses produksi atau cara mengerjakan maka tenunan yang ada di NNT dapat bagi menjidi tiga jenis yakni :

1. Tenun Ikat : disebut tenun ikat karena pembentukan motifnya melalui proses pengitan benang.
   Berbeda dengan daerah lain di indonesia, untuk menghasilkan motif pada kain maka benang
   pakannya yang diikat, maka benang yang di ikat adalah benang lungsi.

2. Tenun Buna : istilah daerah setempat [Timor Tengah Utara] ‘’Tenunan Buna ‘’ yang Maksudnya
   menenun untuk membuat corak atau ragam hias/motif pada kain mempergunakan benang yang terlebih
   dahulu telah diwarnai.

3. Tenun Lotis/Sotis atau Songket : Disebut juga tenun sotis atau tenun songket, dimana proses
   pembuatannya mirip dengan pembuatan tenun Buna yaitu mempergunakan benang-benang yang diwarnai.

Dilihat dari kenggunaanya, produk tenunan di Nusa Tenggara Timur terdiri dari 3 [tiga] jenis yaitu: sarung, selimut dan selendang dengan warna dasar tenunan pada umunya warna-warna dasar gelap, seperti warna hitam, coklat, merah hati dan biru tua. Hal ini disebabkan karena masyarakat /pengrajin dahulu selalu memakai zat warna nabati seprti tauk, mengkudu, kunyit dan tanaman lainya dalam proses pewarnaan benang, dan warna-warna motif dominan warn putih, kuning langsat , merah mereon.

Karena tuntutan pasar, produk yang dihasilkan sekarang ini tidak terbatas lagi pada produk-produk sarung, selimut dan selendang tetapi telah dihasilkan juga produk-produk tenunan yang telah mengalami modivikasi sesuai fungsinya seprti taplak meja, sarung bantal kursi, hiasan dinding, bahan jas bahan kameja, bahan busan wanita dan lain-lain, serta produk-produk yang dihasilkan tersebut telah didesain sedemikian rupa sehingga penempatan motif pada kain tenun tersebut disesuaikan dengan kegunaanya.

Demikian juga dalam hal pewarnaan , sudah tidak tergantung pada zat warna nabati, yang selain warnanya terbatas, juga memerlukan waktu yang lama dan berulang-ulang dalam proses pewarnaannya untuk mendapatkan kwalitas warna pada motif/ikatan.

Untuk pencelupan/perwarnaan benang, pengrajin tenun di NNT telah menggunakan zat warna kimia yang mempunyai keunggulan seperti; proses pengerjaannya cepat, tahan luntur , tahan sinar ,dan tahan gosok, serta mempunyai warna yang banyak variasinya. Zat warna yang dipakai tersebut antara lain; naphtol, direck, belerang dan zat warna reaktif. Namun demikian sebagian kecil pengrajin masih tetap mempergunakan zat warna nabati dalam proses pewarnaan benang sebagai konsumsi adat dan ketahanan kolektif, minyak dengan zat lilin dan lain-lain untuk mendapatkan kwalitas pewarnaan dan penghematan obat zat pewarna.

Dari ketiga jenis tenunan tersebut diatas maka penyebarannya dapat dilihat sebagai berikut ;

1. Tenun Ikat: penyebarannya hampir merata disemua kabupaten di NNT  kecuali di kabupaten manggarai
   dan sebagian kabupaten ngada.
2. Tenun Buna: penyebaran di kabupaten Kupang, TTS, belu dan yang paling banyak adalah di 
   kabupaten TTU.
3. Tenun Lotis/Sotis atau Songket: terdapat di kabupaten/kota Kupang, TTS, TTU, Belu, Alor, Flores
   Timur, Lembata, Sikka, Ngada, Manggarai, Sumba Timur, dan Sumba Barat.

PERALATAN DAN BAHAN PEWARNA

Peralatan yang digunakan  selama ini oleh pengrajin di NTT merupakan peralatan yang sangat sederhana yaitu:
1.Haspel : alat ini dibuat dari kayu yang berfungsi untuk meletakan benang dalam bentuk strengan
  untuk digulung.
2.Mora spindle : peralatan ini mulai digunakan oleh pengrajin walaupun masih sangat sedikit.
  Fungsi nya untuk mengelos benang.
3.Pemindang ikat : fungsinya sebagai tempat untuk mengikat motif pada benang lungsi.
4.Pemindang Hani : fungsinya untuk menghani benang lungsi.
5.Peralatan tenun gedongan : bentuk peralatan ini dapat dilihat pada gambar berikut :


 



BAHAN PEWARNA
Bahan pewarna yang digunakan selama ini terdiri dari 2 janis yaitu zat warna nabati dan kimia.

1.    Zat Warna Nabati
#    Mengkudu : yang dipakai adalah akarnya sebagai pewarna untuk warna merah dan coklat.
#    Tauk / Tarum : tumbuhan ini yang diambil adalah daunnya untuk menghasilakan
     warna biru dan hitam, pencelupan harus dilakukan berulang kali.
#    Kunyit : untuk menghasilkan warna Kuning.
#    Biji buah Nitas : ditumbuk lalu digosong pada benang sebalum benang dicelup.
     Fungsinya sebagai alkalis untuk memudahkan penyerapan zat warna.
#    Lilin : digosok pada benang lungsi yang telah terpasanga pada alat tenun.
     Tujuannya untuk menjaga agar benang lungsi tidak berbulu sehingga memudahkan proses penenunan.
#    Bubur / Air Bubur : digosokpada benang lungsi agar menjadi kaku sehingga memudahkan
     proses penenuna.

2.    Zat Warna Kimia
 Zat warna Kimia yang digunakan oleh pengrajin tenun di NTT adalah :

#    Zat warna Naptol
#    Zat warna Direck (Wanteks)
#    Zat warna Belerang
#    Zat warna Reaktif



 





2 komentar:

toko tenun mengatakan...

makasih infoya gan

Discovery komodo adventure mengatakan...

bangga jadi warga ntt ..ayo mari kita dukung kemajuan pariwisata ntt salam sukses

Posting Komentar

 
DILARANG MENGAMBIL FOTO TANPA SEIJIN **PURPLE | SOUVENIR-NTT